Selasa, 18 Februari 2014

Kurikulum 2013

Add caption
Sebagai informasi awal mengenai draft (mudah-mudahan final) kurikulum 2013, berikut disajikan draft kurikulum 2013 lengkap (update 15 Februari 2013) yang bisa didownload gratis.

Download Draft Kurikulum 2013 SD / MI
Download Draft Kurikulum 2013 SLTP / MTs
Download Draft Kurikulum 2013 SMU / SMK / MA

Beberapa hal yang baru pada kurikulum 2013 antara lain:


SD – MI (Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah)
  • Kurikulum 2013 berbasis pada sains.
  • Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik integratif.
  • Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.
  • Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi.
  • Mata pelajara (MAPEL) SD diantaranya:
    • Pendidikan Agama
    • PPKn
    • Bahasa Indonesia
    • Matematika
    • IPA
    • IPS
    • Seni Budaya dan Prakarya (Muatan Lokal; Mulok)
    • Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal;Mulok)
  • Alokasi waktu per jam pelajaran SD 35 menit
  • Banyak jam pelajaran per minggu Kelas I = 30 jam, kelas II= 32 jam, kelas III=34 jam, kelas IV, V,VI=36 jam
SMP – MTs (Sekolah Menengah Pertama – Madrasah Tsanawiyah)
Mata pelajaran SMP MTs kurikulum 2013 sebagai berikut:
  • Mata Pelajaran:
    • Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
    • PPKn
    • Bahasa Indonesia
    • Matematika
    • IPA
    • IPS
    • Bahasa Inggris
    • Seni Budaya (Muatan Lokal)
    • Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)
    • Prakarya (Muatan Lokal)
  • Alokasi waktu per jam pelajaran SMP = 40 menit
  • Banyak jam pelajaran per minggu 38 jam
SMA/K - MA (Sekolah Menengah Atas/Kejuruan – Madrasah Aliyah)
Mata pelajaran SMA – MA kurikulum 2013 sebagai berikut:
  • Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
  • PPKn
  • Bahasa Indonesia
  • Matematika
  • Sejarah Indonesia
  • Bahasa Inggris
  • Seni Budaya (Muatan Lokal)
  • Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Muatan Lokal)
  • Prakarya dan Kewirausahaan (Muatan Lokal)
  • Alokasi waktu per jam pelajaran SMA = 45 menit
  • Banyak jam pelajaran per minggu SMA = 39 jam

Selasa, 04 Februari 2014

Bersama Kesulitan, Pasti Ada Kemudahan (Kisah Pahit Pak Udin)

Jika dipikir dengan logika dan ketenangan pikiran, tentu beban kerja yang sama akan melahirkan penghasilan yang sama. Artinya, beban itu menjadi penentu untuk memberikan penghargaan atau salah satu bentuk perhatian. Namun, ada sebuah profesi yang membuat miris hati setiap yang mendengarnya. Profesi itu adalah guru honorer. Ya, guru honorer atau guru tidak tetap. Guru honorer adalah guru yang bekerja karena dibutuhkan oleh lembaga pendidikan dengan status tidak tetap. Artinya, guru honorer adalah guru yang diberi honor atau penghargaan karena membantu pelaksanaan pembelajaran di sekolah tersebut. Jika sekolah masih memerlukan bantuannya, sekolah masih menggunakannya. Namun, sekolah akan “membuang”-nya jika sekolah tidak lagi membutuhkannya. Inilah kisah pagiku. Beberapa bulan lalu, aku bertemu dengan seorang sahabat dalam sebuah kegiatan pengajian, sebut saja bernama Udin. Waktu itu, aku diminta menjadi sekadar narasumber kegiatan itu. Pada awalnya, kami tidak saling mengenal satu sama lain. Namun, Pak Udin menemuiku usai aku memberikan sekadar pengajian. Pada pertemuan itulah, Pak Udin berkeluh kesah tentang status kepegawaiannya. Pak Udin bercerita bahwa ia telah bekerja pada sebuah sekolah. Institusi itu tergolong besar dan sekolah yang cukup terkenal di kotaku. Semua orang pasti pernah mendengar kehebatan dan atau nama besar sekolah tersebut, termasuk diriku. Pada ceritanya, Pak Udin mengkhawatirkan statusnya. Menurut kabar yang tersiar, Pak Udin akan dipecat. Mengapa? Karena Pak Udin dianggap membangkang alias tidak menurut perintah atasan. Menurut ceritanya, Pak Udin memang tidak menyetujui usulan pimpinan dalam sebuah rapat. Pak Udin berpendapat bahwa kegiatan itu akan memberatkan dan membebani orang tua siswa. Akhirnya, Pak Udin berani “bersuara beda” dalam rapat itu. Buntutnya, Pak Udin mendapat sanksi awal, yaitu pengurangan jam mengajar. Dari semua 26 jam pelajaran per minggu menjadi 14 jam pelajaran per minggu. Pak Udin sudah merasakan keberadaan “firasat buruk” itu. Sebelum dirinya mendapat sanksi, teman Pak Udin pernah mengalami kejadian yang sama. Pada akhirnya, teman Pak Udin dipecat. Pengurangan jam mengajar itu tentu sangat berpengaruh terhadap penghasilannya. Sekolah itu menerapkan kebijakan pemberian honor dengan memperhitungkan beban jam pelajaran. Pada awalnya, Pak Udin mendapat honor sebesar Rp 700.000 setiap bulannya dengan beban mengajar 26 jam pelajaran. Honor sebesar itu merupakan penggabungan atas honor setiap jam mengajar, transport, insentif, dan pekerjaan tambahan. Karena dikurangi 12 jam, Pak Udin hanya akan mendapatkan sekitar Rp 500.000 setiap bulannya. Tentu uang sejumlah itu tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya. Pak Udin sudah beristri dengan dua orang anak. Darimana dan bagaimana Pak Udin mencari solusi dari masalah itu? Sebagai sahabat, aku merasakan kegelisahan yang sama. Sikap empati itu langsung tumbuh subur dalam hati. Aku merasakan kecemasan yang sama dengan yang dirasakan Pak Udin. Kegelisahan untuk menentramkan diri dan keluarganya. Bagaimanakah kondisi itu jika aku yang mengalaminya? Tentu aku juga akan merasakan kecemasan, terkhusus nasib anak dan istri. Atas peristiwa itu, aku mencoba memberikan solusi kepada Pak Udin. Kebetulan aku pernah menjadi instruktur nasional pada sebuah bimbingan belajar yang cukup terkenal. Jadi, aku berusaha memberikan bimbingan berdasarkan pengalaman pribadi. Pada intinya, aku menyarankan Pak Udin agar membuka les bagi anak-anak SD. Seiring dinamisnya dunia pendidikan, bimbingan belajar atau private masih dibutuhkan masyarakat. Terlebih, Pak Udin tinggal di kota. *** Kemarin (Jumat, 26 Mei 2011), aku bahagia sekali. Rasa bahagia itu tak terukur dengan materi. Rasa senang dan suka-cita bercampur menjadi satu. Bukannya aku mendapatkan royalty buku. Bukan pula aku menjadi juara satu. Rasa bahagia itu disebabkan perjumpaanku dengan Pak Udin. Beliau tampak sumringah sekali. Jelas tergambar kebahagiaan yang luar biasa. Pertemuan singkat di kampus itu benar-benar memberikan kesejukan hati dan kebahagiaan tak terkira. Bimbingan belajar yang dirintis Pak Udin berkembang pesat. Bimbingan belajar yang dikelolanya diterima baik oleh masyarakat. Bahkan, Pak Udin sering kewalahan menerima permintaan masyarakat untuk memberikan les atau privat kepada anaknya. Atas rezeki itu, Pak Udin melanjutkan kuliahnya di kampusku. Wouw, luar biasa! Demikianlah, para sahabat yang budiman. Ada kalanya kita disedihkan oleh situasi yang benar-benar membuat kita sedih. Namun, yakinlah bahwa bersama kesulitan pasti tersedia kemudahan. Kesulitan di sisi lain tentu akan dimudahkan di sisi lain pula. Kekuatan mental teramat bernilai agar pribadi tak cepat berputus asa. Selamat kepada Pak Udin. Tidak pernah ada kisah yang terceritakan bahwa orang belajar menjadi miskin. Selamat menempuh pendidikan lanjutan. Sekadar menorehkan pengalaman. Semoga kisah di atas menginspirasi diri dan pembaca untuk menjadi pribadi yang “tahan banting”. Amin. Terima kasih.

BANTUAN PENDIDIKAN SISWA SEKOLAH PENGUNGSI SINABUNG

Kaban Jahe (31/1). Tindaklanjut dari arahan Bapak Presiden RI pada kunjungan ke pengungsi erupsi gunung sinabung. Pada hari ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Ir. Moh Nuh beserta ibu mengunjungi pengungsi erupsi gunung merapi di Kecamatan Kaban Jahe, Kabupaten Karo. Dalam kunjungan tersebut sekaligus memberikan motivasi dan bantuan pendidikan bagi siswa sekolah yang terdampak dari erupsi gunung sinabung. Bantuan pendidikan berupa 1000 paket, diserahkan secara langsung di 2 tempat, yaitu posko pengungsi Mesjid Agung Kaban Jahe dan Kantor Pemerintah Kabupaten Karo yang diterima secara langsung kepada siswa yang berhak disaksikan oleh Bupati Karo. Paket bantuan terdiri dari seragam sekolah, sepatu kets lengkap, tas ransel sekolah, tenda kapasitas 80 orang sebanyak 10 unit serta pendampingan psikososial pendidikan. Ditjen Pendidikan Menengah Kemendikbud telah merencanakan intervensi bantuan jangka pendek dan panjang untuk SMAN 1 Simpang Empat dan SMA 1 Tiga Nderket berupa paket seragam lengkap, bantuan siswa miskin dan rehabilitasi ruang kelas. Pada sambutannya di Mesjid Agung Kaban Jahe, Bapak Menteri menyampaikan “"Dalam kondisi apapun anak-anak harus tetap belajar. Kami akan beri dukungan penuh, baik guru, fasilitas atau apapun," ujar M Nuh. Pusdatinmas BNPB

Senin, 03 Februari 2014

Cara Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Cara Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dijadikan dasar patokan nilai terendah dalam penilaian peserta didik. Jika peserta didik mampu mendapatkan nilai di atas KKM maka dianggap peserta didik tersebut telah tuntas atau menguasai kompetensi yang dipelajari. Sebaliknya jika ditemukan peserta didik mendapat nilai di bawah KKM berarti perlu adanya perbaikan.

Dalam menentukan KKM mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya: tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi dasar, serta kemampuan sumber daya pendukung meliputi warga sekolah, sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran.

Sekolah diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. Yang harus diperhatikan dalam menentukan KKM adalah jumlah Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran setiap kelas. Selain itu, tentukan kemampuan atau nilai untuk setiap aspek (komponen) KKM, sesuaikan dengan kemampuan sebenarnya.

a. Aspek Kompleksitas
Semakin komplek (sulit) KD maka nilainya semakin rendah tetapi semakin mudah KD maka nilainya semakin tinggi. Ini bisa dilihat dari indikator atau tujuan pembelajaran dari kompetensi tersebut.

b. Aspek Sumber Daya Pendukung
Semakin tinggi sumber daya pendukung maka nilainya semakin tinggi, sebaliknya jika sumber daya pendukung seperti sarana dan prasarana tidak mendukung nilainya semakin rendah

c. Aspek intake
Intake adalah kemampuan awal peserta didik, bisa dilihat dari hasil sebelumnya atau pre test. Semakin tinggi rata-rata kemampuan awal peserta didik maka nilainya semakin tinggi.

Nilai KKM setiap KD diperoleh dari rata-rata nilai ketiga aspek di atas. Misalnya sebuah KD ditentukan nila kompleksitasnya 70, sumber daya pendukung 60, dan intakenya 80 maka nilai KKM dari KD tersebut adalah 70 [(70+60+80)/3=70]. Sedangkan untuk menentukan KKM mata pelajaran yaitu dengan menjumlahkan seluruh KKM KD, lalu dibagi dengan jumlah KD (rata-ratanya).

KKM setiap mata pelajaran pada setiap kelas tidak sama tergantung pada kompleksitas KD, daya dukung, dan potensi peserta didik. Begitu pun juga dengan setiap kelas, tidak sama dan ditentukan oleh masing-masing guru kelas. 


Sumber   :  SekolahDasar.Net